Pariwisata Surakarta Tertinggal 20 Tahun dari Yogyakarta

http://tempointeraktif.com/hg/perjalanan/2010/08/10/brk,20100810-270191,id.html

Pariwisata Surakarta Tertinggal 20 Tahun dari Yogyakarta

Wisatawan berfoto di dalam Astana Giribangun, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah. TEMPO/ Arie Basuki

TEMPO Interaktif, Surakarta - Surakarta dan Yogyakarta adalah dua kota yang berdekatan dan sama-sama menjadi ikon budaya dengan keberadaan keraton. Namun ternyata Surakarta jauh tertinggal dari Yogyakarta untuk urusan pariwisata. “Pariwisata Surakarta tertinggal 20-30 tahun dari Yogyakarta,” kata Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Surakarta Purnomo Subagyo kepada Tempo, Selasa, 10 Agustus 2010.

Menurut dia, hal itu disebabkan selama ini kepariwisataan di Surakarta kurang didukung kepala daerah yang sedang memimpin. “Program hanya sebatas dijalankan dan tidak ada konsep tertentu,” keluhnya. Selain itu, promosi hanya dilakukan seadanya dengan menyebar leaflet, pameran, dan karnaval.

Hal itu diperparah ketika tiap-tiap pihak berjalan sendiri-sendiri dan tidak ada koordinasi. Misalnya, pemerintah berpromosi sendiri, kemudian pelaku wisata juga melakukan hal yang sama. “Kalau jalan sendiri-sendiri, pariwisata tidak akan maju,” ujarnya.

Dia berharap kehadiran badan promosi pariwisata dapat menjadi momentum kebangkitan pariwisata di Surakarta. Badan tersebut terdiri dari sembilan orang yang terdiri dari pelaku wisata, pemerintah, maskapai penerbangan, akademisi, perhotelan dan restoran. “Orang-orangnya sudah ada. Tinggal dipilih siapa ketuanya dan langsung bekerja,” dia menandaskan.

Purnomo menilai badan promosi akan mensinergiskan kepentingan semua pihak, yang tujuannya untuk mendongkrak wisatawan yang berkunjung ke Surakarta. Selain itu, sebagai wadah untuk menjalin kerja sama dengan pemangku kepentingan pariwisata di sekitar Surakarta. “Pariwisata tidak hanya bicara Solo, tapi juga daerah sekitar. Kalau hanya wisata ke Solo, sehari selesai,” katanya.

Sementara itu, Ketua Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA) Surakarta Suharto juga mengakui bahwa pariwisata Yogyakarta memang lebih unggul. “Misalnya dari sisi sumber daya manusia, terdapat pemandu wisata dengan beberapa bahasa. Sementara di Solo, hanya bahasa Inggris dan itu pun segelintir saja,” ujarnya.

Senada dengan Purnomo, dia berharap badan promosi yang segera dilantik akan meningkatkan kunjungan wisatawan. “Dan itu hukumnya wajib. Percuma badan promosi dibentuk tapi tidak mampu menarik lebih banyak wisatawan,” tegasnya. Dengan adanya badan promosi, promosi wisata akan digalakkan dan akan merancang paket wisata yang menarik keinginan para wisatawan untuk berkunjung ke Surakarta.